Darmizal: Buruknya Komunikasi Menteri Rugikan Jokowi
Jakarta, PilarbangsaNews,- BURUKNYA komunikasi menjadi salah satu catatan penting terhadap kinerja para pembantu presiden Joko Widodo alias Jokowi. Menghadapi berbagai momentum seperti penanganan Covid-19 dan pengesahan Omnibus Law atau Undang-undang (UU) Cipta Kerja, menunjukkan bahwa para pembantu presiden tersebut tidak hanya perlu dievaluasi tetapi juga perlu segera diganti.
Ketua umum Relawan Jokowi atau ReJO HM Darmizal MS, yang merupakan pendukung setia presiden Joko Widodo tidak ketinggalan untuk ikut mengungkapkan keprihatinannya.
“Melihat situasi saat ini dan beberapa kali peringatan presiden terhadap para pembantunya, reshuffle kabinet adalah keniscayaan dan kebutuhan multak,” ujar putra Minang tersebut Jumat 23 Oktober 2020.
Darmizal menjelaskan, bahwa situasi saat ini terutama dalam pandemi Covid-19, ditambah dengan kerja berat pemerintah untuk menerapkan Omnibus Law, para pembantu presiden harus kerja extra keras.
Bahkan Darmizal juga menyindir, bahwa posisi menteri bukan sekedar jabatan yang dinikmati karena keuntungan politik, tetapi juga melekat tanggung jawab yang sangat besar dalam memajukan bangsa dan negara.
“Kami relawan Jokowi pasti akan mendukung penuh presiden untuk melakukan reshuffle kabinet. Ini bukan karena tujuan politik, atau kekuasaan saja, tetapi juga diperlukan untuk menjaga kohesi sosial nasional di tengah situasi yang sulit. Presiden punya kewenangan dan pilihan untuk melakukan itu,” ujarnya.
Pendiri partai Demokrat ini juga mengharapkan jika reshuflfe bisa dilakukan maka presiden perlu menunjuk orang yang benar-benar yang seirama dengan beliau tanpa terbebani dengan kepentingan politik praktis 2024.
“Pada satu kesempatan, saya pernah membaca satu ungkapan yang menjelaskan, “Jika pada waktu bersamaan terdapat sepuluh berita baik, maka hanya dua orang yang tertarik untuk menerimanya. Sedangkan dua berita buruk yang disampaikan, akan terdapat sepuluh orang yang tertarik menerimanya”, terlihat begitu pentingnya komunikasi publik seorang menteri atau pembantu presiden,” ungkap rekan alumni Jokowi ini di UGM.
Ditambahkan Darmizal, buruknya komunikasi menteri sangat merugikan prestasi yang dicapai presiden selama ini. Para pembantu presiden harus dapat mengaflifier dengan baik segala capaian, rancangan strategis dan pembangunan yang dilakukan pemerintah.
Mereka yang sulit fokus membantu Presiden, lanjut Darmizal, atau yang orientasinya lebih kuat untuk kepentingan tahun 2024 sebaiknya mundur sebelum dicopot.
“Semua demi menjaga pemerintahan dan negara ini agar tetap survive di masa pandemi Covid-19 dan tekananr lainnya,” pungkas Darmizal. (Tmt)