Tam Arang dan Utiah Kapeh

Tak Ada Alasan Bagi DPRD Pessel Untuk Menolak Kelanjutan Pembangunan Masjid Terapung

Batang Kapeh, Pilarbangsanews.com, — Lepau Mak Gambang pagi ini kembali ramai dikunjungi oleh para pelapau. Mak Gambang sudah kembali dari Yogyakarta senja kemaren. Kata Mak Gamabuang, dia selama di Jogja tak pernah bertemu dengan Mak Sutan Mudo.

Lalu bagaimana dengan janji Mak Sutan Mudo yang menawarkan kepada rekan Facebooknya datang ke Yogyakarta dan kalau datang Mak Sutan katanya siap membawa raun dengan Andong?

Kata Mak Gambuang, mungkin tawaran itu ditujukan hanya sebatas kepada teman Facebook dari Mak Sutan dan bukan kepada diri Mak Gambuang. Meski Mak Gambuang memiliki akun Facebook, tapi ia tidak berteman dengan Mak Sutan. Mak Gambuang takut meng-add akun Facebook Mak Sutan, karena Mak Gambuang meresa malu kalau Mak Sutan tidak segera mengkonfirmasinya.

Pagi ini para pelepau selain minum kopi disuguhi makanan
Gudeg, oleh-oleh kiriman dari Upiak Sanggan untuk Tam Arang cs. Gudeg adalah makanan khas tradisional dan menjadi ikon kuliner Yogyakarta.

Makanan yang terbuat dari nangka muda ini memang sudah dikenal sejak lama dan menjadi makanan khas serta menjadi buruan wisatawan saat berkunjung ke Yogya.

Makanan tradisional memiliki potensi yang begitu besar dan penting, keberadaannya bisa dijadikan senjata untuk bangkit membangun bangsa.

“Makanan tradisional berperan penting dalam ketahanan dan kemandirian pangan. Semua jenis makanan tradisional dibuat dengan potensi lokal, tidak mungkin dibuat menggunakan bahan baku impor,” ujar Murdijati Gardjito, seorang profesor yang menjabat sebagai peneliti di Pusat Kajian Makanan Tradisional (PKMT), Pusat Studi Pangan dan Gizi UGM.

Gudeg masakan khas Yogyakarta ini, terdiri dari rebusan nangka muda dan santan. Warna makanan ini menjadi kecoklatan karena direbus dengan campuran daun jati.

Gudeg kiriman Piak Sanggan adalah Gudeg kering yang bisa tahan dan tak basi untuk beberapa hari lamanya walaupun dibawa ke luar kota. Itu karena gudeg ini sengaja dimasak kering dan bisa tahan tiga hari jika akan dimakan, guded cukup dikukus. Dijamin, rasa gudegnya tetap enak dinikmati.

Usai semuanya makan Gudeg, ota lamak pun dimulai. Pagi tadi mereka membahas, bisakah DPRD Pesisir Selatan tidak menyetujui kelanjutan pembangunan Masjid Terapung Painan?

Kata Utiah Kapeh, “itu tidak mungkin bisa”.

“Alasannya, ” Tam Arang bertanya.

“Karena sudah disetujui oleh anggota DPRD yang lama.” jawab Utiah Kapeh seraya bertanya apakah sudah ada sinyalemennya, DPRD Pessel tidak akan menyetujui pembangunan Masjid Terapung dilanjutkan? Dijawab oleh Tam Arang “belum muncul”, tapi mana tahu nanti ada salah seorang anggota yang menolaknya.

“Kalau ada anggota DPRD Pessel nanti yang mengusulkan untuk tidak melanjutkan proyek itu tandanya dia tidak mengerti aturan,” tambah Utiah Kapeh.

“Lha itu RSUD Painan di puncak Bukit Taranak, juga sudah disetujui oleh DPRD yang lama, tapi kenapa bisa distop oleh Bupati. Jika demikian tentu DPRD Pesisir Selatan juga berhak menyetop kelanjutan pembangunan Masjid Terapung itu,? ” tanya Tam Arang.

“Beda kasusnya. RSUD tersebut distop oleh bupati Pesisir Selatan karena bupati menemukan ada kejanggalan pada proyek itu. Dan temuan bupati diperkuat dengan hasil audit BPKP,” kata Utiah Kapeh.

“Pembangunan Masjid Terapung itu disorot oleh warga net terutama para Facebooker. Mereka mengatakan banyak sektor pembangunan lebih urgen dibanding pembangunan Masjid Terapung itu, misalnya masalah kemiskinan dan gizi buruk,” kata Tam Arang.

“Betul ada yang kontra degan proyek pembangunan Masjid Terapung, tapi itu tidak bisa dijadikan alasan bagi DPRD Pesisir Selatan untuk tidak menyetujui kelanjutan pembangunan proyek tersebut. Kecuali kalau DPRD Pesisir Selatan menemukan ada indikasi penyelewengan sebagaimana bupati menemukan adanya Indikasi penyelewengan pada proyek RSUD Dr M Zein,” ujar Utiah Kapeh.

“Okelah kalau DPRD Pesisir Selatan tak bisa menolak, tapi hendaknya bupati Hendrajoni harus sadar bahwa pembangunan Masjid Terapung itu ditinjau dari segi kemanfaatan, rasanya belum mendesak. Sebab Masjid yang ada di Painan masih kurang jema’ahnya,” kata Tam Arang.

“Pembangunan Masjid Raya Sumbar yang beratap Bagonjong itu dulu oleh Gubenur Zainal Bakar, sama kondisi seperti di Painan sekarang, waktu itu jemaah Masjid yang ada di Padang masih kekurangan jemaah sampai sekarang, tapi kenapa Masjid itu dilanjutkan oleh penerusnya Gamawan Fauzi dan baru selesai Masjid itu ketika Irwan Prayitno jadi Gubernur Sumbar, ” jawab Tam Arang.

“Kalau begitu tak ada alasan bagi DPRD Pesisir Selatan, yo Tiah,” kata Tam Arang.

“Ya memang begitu semestinya,” jawab Utiah Kapeh.

“Lalu tentang berita kemiskinan dan gizi buruk?”

“Maksudnya, ” tanya Utiah Kapeh.

“Apakah prgram pengentasan kemiskinan diabaikan oleh Hendrajoni? ” tanya Tam Arang

“Biar satu sektor sajo nan den sabuikkan yo Tam kata Utiah Kapeh.

“Yo subuikkanlah sektor apo nan lah sudah dikarajokan Bupati? ”

Program Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan memperbaiki kondisi sosial masyarakat kurang mampu atau masyarakat miskin dibidang perumahan (Dikutip dari postingan pemilik akun Aidil Gaspur) yang telah dilaksanakan tahun 2017-2019.

1. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya ( BSPS). Tahun 2017 60 rumah di Kecamatan Linggo Sari Baganti. Tahun 2018 65 rumah di Lunang dan 1.470 rumah tersebar di Kec. IV Jurai, Sutera, Lengayang, Koto XI Tarusan, Bayang, Bayang Utara dan Ranah Pesisir. Di tahun 2019 sebanyak 1.650 rumah tersebar di Kecamatan Air Pura, Koto XI Tarusan, Lunang, Pancung Soal, Bayang, Bayang Utara, VI Jurai, Lengayang, Rahul, BAB Tapan, dan Silaut.

2. Rumah Khusus atau Rumah Tapak. Tahun 2017 Rumah Khusus Painan Selatan 50 rumah dan Rumah Khusus Batang Kapas 20 rumah. Tahun 2018 Rumah Khusus Batang Kapas 50 rumah, Rumah Khusus Muara Kandis 50 rumah, Rumah Khusus Carocok Anau 50 rumah, Rumah Khusus Kambang 30 rumah, Rumah Khusus Tapan 25 rumah dan Rumah Susun 1 Tower 34 rumah. Tahun 2019 Rumah Khusus Carocok Anau 25 rumah dan Rumah Susun Akademi Komunitas 1 Tower.

3. RTLH tahun 2017 28 Rumah, 2018 191 rumah dan 2019 365 rumah. Belum termasuk yang dibangun oleh Dinas Sosial, Baznasda, Bunda Lisda Hendrajoni dan pemerintah nagari.

4. Sambungan Listrik untuk Rumah Masyarakat Miskin di tahun 2018 346 rumah dan tahun 2019 800 rumah.

“Soal gizi buruk?”

“Apo memang ado penderita gizi buruk di Pesisir Selatan. Jangan jangan wartawan salah kutip. Sebab setahu den anak anak pendeta gizi bukan lantaran miskin tak makan, tapi karena sianak menderita sakit dan itupun kasus gizi buruk itu bisa dihitung dengan jari?”

“Kalau begitu sang wartawan ngarang (mengada-ada) berita namanya, bukan menuliskan berita sesuai fakta? ” tanya Tam Arang.

“Ya bisa jadi, seperti itu,” Kata Utiah Kapeh mengakhiri ota lamak mereka pagi ini. (****)

Baca juga ;

Masjid Terapung di Carocok Painan Pesisir Selatan

“Rumah Basamo” Bunda Lisda Banyak Mendapatkan Simpati dan Apresiasi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *