Cerpen

Cerpen; “Daster Robek ibuku” (Oleh; Vinka Diamona Akbari Sembiring)

“Bu, besok teman Mira mau kerumah ya, mau kerja kelompok” kataku memulai pembicaraan saat makan malam.


“Tentu saja boleh nak, insyaaAllah besok akan ibu siapkan makan siang dan es jeruk peras” jawab ibuku.

Ibuku seorang Janda, Ayah kami meninggal 4 Tahun lalu karena kecelakaan. Aku anak sulung dari 5 bersaudara. Jadi bisa terbayangkan seperti apa beratnya ibuku membesarkan dan membiayai kami ber 5 yang semua sudah sekolah. Saat itu aku duduk dikelas 3 SMA, namaku Mira. Setiap hari ibuku berjualan Soto diTeras rumah kami, Alhamdulillah rumah kami cukup besar dan cukup strategis. Pelanggan ibu kebanyakan orang-orang kantor karena rumah kami memang ditengah pusat perkantoran.

Keesokan hari seperti biasa kami ber 5 sarapan sebelum pergi Kesekolah, aku dan Maya adek ku no 2 biasa pergi bersama karena kami 1 sekolah. Farhan yang sudah SMP pergi menggunakan sepeda, sedang Amel dan Rafli ini antar naik motor mereka masih SD.

“Bu kami berangkat sekolah dulu ya, jangan lupa siang nanti teman Mira mau kerumah” kataku berpamitan dengan ibuku, sambil mencium tangan bergantian dengan Maya.

“Iya ibu akan siapkan makan siang,bagus-bagus sekolah ya nak kelak jadi anak sukses” kata ibuku. Itu adalah kata-kata pengantar untuk kami ke 5 anaknya setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah.

Siang itu tepat pukul 14.00 aku dan 4 teman kelompok belajar ku Amel,Rudi,Ammar dan Fani sampai dirumah. Ibuku sedang sibuk melayani membuat kuah soto didepan, sedang Wak Tuti kakak ibuku yang selalu membantu ibu setiap hari sedang melayani pelanggan.


“Assalamualaikum Bu,Mira pulang”


“Waalaikumsalam silahkan masuk langsung kemeja makan ya” jawab ibuku. Tapi aku membalas dengan tatapan marah karena melihat ibuku menggunakan daster robek. Ibuku cuma punya 3 daster dan semuanya robek. Itu yang setiap hari dipakai untuk menjual,sudah berapa kali tambalan sana sini. Sedang kerudungnya sangat tua dan warnanya pun pudar. Aku langsung mengajak teman-temanku masuk keruang makan.

Sudah tersedia telur balado,sayur bayam bening dan juga ada buah semangka, sebagai menghilang dahaga ibu juga menyiapkan es jeruk peras. Teman-temanku makan dengan lahap dan mereka memuji masakan ibuku.


” Wah kamu beruntung ya mir,ibu kamu baik banget nyiapin makanan enak buat kita” kata Rudi.


“Iya Mir kalau mamaku sibuk banget” kata Amel. Aku hanya tersenyum dalam hati masih jengkel dan malu karena ibuku tidak seperti ibu teman-temanku yang modis.

Ketika sore hari tugas selesai teman-temanku pun beranjak pulang. Sebenarnya aku malas memanggil ibu karena mereka ingin pamit pulang tapi mereka memaksa dan meminta ku memanggil ibu.


“Bu teman-temanku mau pulang” ku panggil ibu yang sedang mencuci piring. Sotonya ternyata sudah habis lebih cepat dari biasanya.
Wajah lelah terlihat jelas dari bajunya yang basah oleh keringat.

“Oh iya tunggu sebentar” jawab ibuku.

“Makasih banyak ya Tante sajian makan siangnya enak banget” kata Amel sambil menyalami ibuku

“Maaf Bu merepotkan” kata Rudi melakukan hal yang sama

Ammar pun ikut menyalami ibuku sambil pamit pulang. Aku mengantar mereka sampai ke depan pagar.

Begitu masuk aku langsung menghardik ibuku ” Bu kenapa si masih dipake daster robek tambalan itu, semiskin itukah kita hingga ibu tidak bisa beli daster baru” seru ku langsung membuat adik-adik ku yang sedang belajar terkejut,ibuku juga tidak kalah terkejutnya. Sebelum ibuku menjawab aku masih menghardik dengan kata yang tak kalah kasar


“Asal ibu tau aku malu Bu!! Ibu teman-temanku tampil modis dan cantik sedangkan ibu, kalah dari pembantu!! ” Ku lihat air mata ibu ku menetes ibuku tidak sanggup berkata ap-apa hanya berdiri terdiam disudut dapur. ” Kerudung yang ibu pakai itu sama tuanya dengan kematian Ayah, apa ibu juga tidak sanggup beli kerudung baru? ” Hardik ku lagi.
“Kak Mira jaga bicaramu” kata Maya yang tidak tahan dengan kemarahan ku pada ibu.


“Diam kamu!! Jangan ikut campur!! ” Kataku sambil membanting pintu kamar,yang kebetulan berada diSisi kanan ruang makan.

Malam itu aku tidak keluar makan malam dan hanya mengurung diri didalam kamar.
Beberapa kali adikku menggetuk pintu memanggilku untuk makan malam tapi tidak ku hiraukan.

Keesokan harinya saat aku sudah bersiap pergi Kesekolah seperti biasa ku dapati adik-adik ku sedang sarapan diMeja makan, tanpa ku hiraukan mereka semua aku langsung berangkat kesekolah sendiri tanpa Maya

Sepulang sekolah Wak Tuti sedang duduk dimeja makan menyuir Ayam. “Sudah makan mir? Makan gih ada semur ayam tu” sapa Wak Tuti kepadaku. Aku agak takut memang dengan Wak Tuti,karena Wak Tuti itu tegas dan memang lebih kami segani.


“Iya Wak Mira cuci tangan dulu” jawab ku.
Didepan lagi ramai orang makan dan tadi ku lihat ibuku sedang mengobrol dengan seorang perempuan seumuran ibuku cantik dan bergaya modis.


“Didepan ibu ngobrol dengan siapa Wak? ” Tanya ku pada Wak Tuti. “Oh itu, Diana teman lama ibumu” , “kamu tau dia kau apa datang kesini? ” Tanya Wak Tuti balik kepadaku.


“Tidak Wak, emang mau apa?”


“Dia mau pinjam uang ibumu, sudah 2minggu dikejar-kejar debt colector karena nunggak kartu kreditnya ” aku hanya tercengang mendengar perkataan Wak Tuti. “Kamu tau dia gaya dan modis begitu tapi utang dimana-mana, bulan lalu ibumu membantunya membayar uang sekolah anaknya yang nunggak.” Lanjut Wak Tuti .
Aku semakin mengerutkan kening tak percaya.


“Kamu pernah nunggak uang sekolah gak? ” Tanya Wak Tuti aku hanya menggeleng sambil menyuapkan nasi kemulutku.


“Ibumu lebih menyayangi mu dan adik-adikmu daripada dirinya sendiri, daripada membeli daster Harga 50ribu lebih baik ibumu menabung untuk biaya kuliahmu,tahun depan kamu akan masuk universitas,pasti banyak biaya. Jadi janda anak 5 itu gak mudah mir, ibumu harus menelan ludah jika ingin membeli sebuah Gamis harga 100rb agar biaya hidup kalian terpenuhi”


Aku menghela nafas sambil menahan tangis, perkataan yang ku ucapkan kemarin pada ibu sungguh tidak pantas.

“Maafkan Mira wak , gak seharusnya Mira berkata kasar pada ibu kemarin, seolah Mira lupa perjuangan ibu selama 3 Tahun ini” kata ku sambil menutup wajahku dengan tangan,air mataku mengalir deras.


“Jangan minta maaf sama uwak,minta maaflah sama ibumu, restu ibumu adalah kunci kesuksesan mu” kata Wak Tuti sambil mengelus rambutku.


Saat ibu masuk aku langsung memeluk ibu dan meminta maaf kepada ibu ” Bu maafkan Mira yang sudah bicara tidak sepantasnya kepada ibu, maafkan Mira yang sudah durhaka pada ibu. Mira sekarang sadar betapa besar cinta ibu pada Mira dan adik-adik. Ibu rela memakai daster sobek dengan banyak tambalan agar bisa menghidupi kami” Isak ku kepada ibu
Ibu langsung membalas pelukan ku ” iya nak ibu juga minta maaf kalau buat kamu malu Dimata teman-teman mu, semua ini ibu lakukan agar bisa menabung untuk biaya kuliahmu nak” ibu pun menangis

Keesokan harinya aku membongkar celengan ku untuk membelikan daster baru buat ibu. Aku bungkus kertas kado motif bunga lalu aku berikan kepada ibuku.
Ibu sangat senang dan bahagia.

Kini aku bisa menjadi Dokter, dan ibuku tidak lagi pernah memakai daster robek. Tapi daster robek yang ibu punya aku simpan dalam lemari menjadi saksi perjuangan ibuku Janda 5 anak yang ingin menjadikan anaknya seorang Dokter.

Tamat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *